Senin, 18 Mei 2009

COACH UPI CHALLENGE III (NATIONAL SOCCER ON THE WEEK 2009)

I. Pendahuluan
Suatu event olahraga atau Kejuaraan dalam dunia olahraga di Indonesia merupakan sebuah sarana yang dapat dikatakan sangat baik untuk mengembangkan prestasi seorang atlet, selain itu suatu event atau kejuaraan/kompetisi juga dapat menjadi suatu pintu untuk mencari para calon atlet yang berkompeten sehingga dapat dijadikan atlet yang propesional yang dapat membawa harum nama daerah dan bangsanya di event regional, nasional maupun internasional
“COACH UPI CHALLENGE III (SOCCER ON THE WEEK 2009)” adalah sebuah wahana yang positf bagi pembinaan perkembangan atlet futsal di Indonesia. Serta diharapkan melahirkan atlet-atlet baru yang potensial di tanah air terutama untuk atlet futsal putri yang saat ini sedang mengalami peningkatan masa. Minimnya frekwensi pertandingan yang terselenggara terutama pertandingan untuk tim Futsal putri berdampak kepada minimnya kuantitas dan kualitas atlit berprestasi
Dalam hal ini, kami selaku panitia pelaksana dari “COACH UPI CHALLENGE III (NATIONAL SOCCER ON THE WEEK 2009)” berharap adanya partisipasi dan kontribusi dari semua pihak yang peduli akan kemajuan prestasi olahraga di Indonesia. dan selain itu kegiatan ini pun merupakan suatu ajang yang tepat untuk menjalin kerjasama yang sinergis dan saling menguntungkan baik itu antara pihak penyelenggara, pengurus cabang olahraga Futsal (Sepak Bola), pemerintah daerah, pemerintah pusat, Kemenegpora, dan Para Pengusaha.
Kejuaraan ini merupakan ajang silaturahmi antara insan olahraga dalam dunia pendidikan dimana sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang berada di Indonesia ikut serta didalamnya.Oleh karena itu kami mengharapkan semua pihak dapat berpartisipasi dalam kegiatan ini.

II. Landasan Kegiatan
1. Undang – undang sistem Keolahragaan Nasional No. 3 tahun 2005.
2. Undang – undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
3. GBHN No. 152 Tahun 1988 tentang Pembinaan dan Pengembangan Olahraga
4. AD/ART HMJ Pendidikan Kepelatihan FPOK UPI 2008-2009
5. Program Kerja bidang Pengembangan Prestasi HMJ Pend. Kepelatihan FPOK UPI 2008-2009

III. Maksud Dan Tujuan
1. Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya berolahraga
2. Menyalurkan Potensi belajar dibidang olahraga khususnya cabang olahraga Futsal (sepak bola)
3. Membudayakan Semangat sportivitas dalam kompetisi
4. Membina dan mengembangkan prestasi atlet Futsal khususnya atlet putri.
5. Menjalin silaturahmi dan mempererat persaudaraan serta meningkatkan solidaritas pelajar.
6. Mendukung program pemerintah dalam ”Memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat”

IV. Peserta Kegiatan
Kategori peserta Yang Dipertandingkan Dalam “COACH UPI CHALLENGE III (NATIONAL SOCCER ON THE WEEK 2009)” ini adalah:
• Tingkat Sekolah Menengah Atas atau sederajat putri Se Jawa Barat
• Tingkat Sekolah Menengah Atas atau sederajat putra Se Jawa Barat
• Tingkat Universitas atau sederajat putri dan sederajat putra Se Indonesia
• Instansi ( Antar Bank ) Se Kota Bandung
Dengan ketentuan setiap tim merupakan satu satuan / utusan sekolah, universitas atau instansi

Waktu 14 Juni s.d 21 Juni 2009
LokasiGymnasium UPI Bandung
PesertaUmum
Biaya
KontakFazrin Rizani 0813 1803 7946
Gilang Fauzi Ramdani 0857 2005 1490

HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.

Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.

Per definisi, pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung.

Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan fisik atau tubuh semata, definisi penjas tidak hanya menunjuk pada pengertian tradisional dari aktivitas fisik. Kita harus melihat istilah pendidikan jasmani pada bidang yang lebih luas dan lebih abstrak, sebagai satu proses pembentukan kualitas pikiran dan juga tubuh.

Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano.

Kesatuan Jiwa dan Raga

Salah satu pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah pemisahan antara jiwa dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan bahwa jiwa dan raga terpisah, dengan penekanan berlebihan pada satu sisi tertentu, disebut dualisme, yang mengarah pada penghormatan lebih pada jiwa, dan menempatkan kegiatan fisik secara lebih inferior.

Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu suatu kepercayaan yang memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melacak pandangan ini dari pandangan Athena Kuno, dengan konsepnya “jiwa yang baik di dalam raga yang baik.” Moto tersebut sering dipertimbangkan sebagai pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional: aktivitas fisik mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit. Tepatlah ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik yang mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri. Selalu terdapat tujuan pengembangan manusia dalam program pendidikan jasmani.

Akan tetapi, pertanyaan nyata yang harus dikedepankan di sini bukanlah ‘apakah kita percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan jasmani, tetapi, apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau di antara pengemban tugas penjas sendiri?

Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan dualisme di atas masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar guru penjas sendiri, barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar, entah akibat dari kurangnya pemahaman terhadap falsafah penjas sendiri, maupun karena kuatnya kepercayaan itu. Yang pasti, masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas di sekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang labih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani di kita malahan tidak ditekankan ke mana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali.

Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan manusia utuh menyeluruh, sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita. Ini bersumber dan disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di lapangan. Teramat banyak kasus atau contoh di mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan seperti yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang pendidikan jasmani kita.

Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga

Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan hubungan antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih konseptual.

Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.

Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.

Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut, dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat.

Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi semata-mata bermain atau rekreasi. Bermain, karenanya pada satu saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya.

Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain dan olahraga, meskipun keduanya selalu digunakan dalam proses kependidikan.

Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi kependidikan apa-apa, tetapi tetap disebut sebagai olahraga. Olahraga dan bermain dapat eksis meskipun secara murni untuk kepentingan kesenangan, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama.

Lalu bagaimana dengan rekreasi dan dansa (dance)?

Para ahli memandang bahwa rekreasi adalah aktivitas untuk mengisi waktu senggang. Akan tetapi, rekreasi dapat pula memenuhi salah satu definisi “penggunaan berharga dari waktu luang.” Dalam pandangan itu, aktivitas diseleksi oleh individu sebagai fungsi memperbaharui ulang kondisi fisik dan jiwa, sehingga tidak berarti hanya membuang-buang waktu atau membunuh waktu. Rekreasi adalah aktivitas yang menyehatkan pada aspek fisik, mental dan sosial. Jay B. Nash menggambarkan bahwa rekreasi adalah pelengkap dari kerja, dan karenanya merupakan kebutuhan semua orang.

Dengan demikian, penekanan dari rekreasi adalah dalam nuansa “mencipta kembali” (re-creation) orang tersebut, upaya revitalisasi tubuh dan jiwa yang terwujud karena ‘menjauh’ dari aktivitas rutin dan kondisi yang menekan dalam kehidupan sehari-hari. Landasan kependidikan dari rekreasi karenanya kini diangkat kembali, sehingga sering diistilahkan dengan pendidikan rekreasi, yang tujuan utamanya adalah mendidik orang dalam bagaimana memanfaatkan waktu senggang mereka.

Sedangkan dansa adalah aktivitas gerak ritmis yang biasanya dilakukan dengan iringan musik, kadang dipandang sebagai sebuah alat ungkap atau ekspresi dari suatu lingkup budaya tertentu, yang pada perkembangannya digunakan untuk hiburan dan memperoleh kesenangan, di samping sebagai alat untuk menjalin komunikasi dan pergaulan, di samping sebagai kegiatan yang menyehatkan.

Di Amerika, dansa menjadi bagian dari program pendidikan jasmani, karena dipandang sebagai alat untuk membina perbendaharaan dan pengalaman gerak anak, di samping untuk meningkatkan kebugaran jasmani serta pewarisan nilai-nilai. Meskipun menjadi bagian penjas, dansa sendiri masih dianggap sebagai cabang dari seni. Kemungkinan bahwa dansa digunakan dalam penjas terutama karena hasilnya yang mampu mengembangkan orientasi gerak tubuh. Bahkan ditengarai bahwa aspek seni dari dansa dipandang mampu mengurangi kecenderungan penjas agar tidak terlalu berorientasi kompetitif dengan memasukkan unsur estetikanya. Jadi sifatnya untuk melengkapi fungsi dan peranan penjas dalam membentuk manusia yang utuh seperti diungkap di bagian-bagian awal naskah ini.

Kamis, 16 April 2009

Selayang Pandang

Selamat Datang di Portal Kesatuan Mahasiswa Olahraga Cirebon,

Kesatuan Mahasiswa Olahraga Cirebon (KMOC) Universitas Pendidikan Indonesia merupakan wadah berhimpun Mahasiswa Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) Universitas Pendidikan Indonesia Bandung yang berasal dari Kota dan Kabupaten Cirebon.

Kepengurusan KMOC Masa Bhakti 2009 - 2011 Terbentuk

Partere, 14 April 2009 menjadi saksi hidup terbentuknya Kepengurusan baru Kesatuan Mahasiswa Olahraga Cirebon (KMOC) Universitas Pendidikan Indonesia Masa Bhakti 2009-2011. semoga dengan kepengurusan baru ini, semangat untuk mewujudkan peningkatan prestasi dan kualitas pendidikan jasmani dan Olahraga di Wilayah Cirebon dapat diwujudkan.

Kamis, 19 Maret 2009

Kemeriahan Menyambut Hari Jadi Kab. Cirebon Ke-527

Momentum keluarnya Cirebon dari kekuasaan Pajajaran yang tercatat dalam sejarah tanggal Dwa Dasi Sukla Pakca Cetra Masa Sahasra Patangatus Papat Ikang Sakakala, menjadi tonggak awal berdirinya Kabupaten Cirebon, atau bertepatan pada 12 Shafar 887 atau 2 April 1482 Masehi.

Menurut Ketua Panitia Peringatan Hari Jadi ke-527 Kabupaten Cirebon, Drs. H. I. Cholisin, MA, tema dalam peringatan tahun ini adalah “Dengan Semangat Hari Jadi Kabupaten Cirebon Ke-527, Kita Wujudkan Masyarakat Adil dan Makmur melalui Pemilihan Umum”. Adapun sub temanya sebagai berikut:

  1. Dengan semangat hari jadi Kabupaten Cirebon ke-527, kita sukseskan pemilu legislatif dan pemilu presiden/wakil presiden yang damai dan bermartabat.

  1. Melalui hari jadi Kabupaten Cirebon ke-527, kita lanjutkan kinerja aparatur pemerintahan yang bersih dan transparan menuju keberhasilan di segala bidang.

  1. Dengan semangat gotong royong membangun Kabupaten Cirebon, jadikan momentum hari jadi ke-527, untuk meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa

Sejumlah kegiatan turut memeriahkan peringatan Hari Jadi Kabupaten Cirebon ke-527 ini, diantaranya:

- Lomba Sepeda Santai, pada Minggu, 15 Maret 2009, start dan finish di Lapangan Ranggajati Sumber.

- Lomba K3 antar SKPD dan kecamatan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Cirebon, untuk periode 10-25 Maret 2009.

- Lomba memancing, pada Sabtu, 21 Maret 2009 di Pemancingan Bu Nut Kecamatan Gebang.

- Lomba nyanyi karaoke, 23-25 Maret 2009, bertempat di Pendopo Rumah Dinas Bupati.

- Turnamen tenis lapangan, pada Selasa, 24 Maret 2009.

- Sepakbola persahabatan antara eksekutif dan legislatif, pada Jumat, 26 Maret 2009.

- Lomba karikatur, pada Jumat, 27 Maret 2009.

- Turnamen bola voli, pada Sabtu, 28 Maret 2009.

- Lomba melukis, pada Senin, 30 Maret 2009.

- Pasar Murah/Bazaar di GOR Ranggajati, mulai 30 Maret – 1 April 2009.

- Donor darah, pada Selasa, 24 Maret 2009.

- Kunjungan dan Pemberian Sembako, pada Rabu, 25 Maret 2009.

- Ziarah ke makam Sunan Gunungjati, pada Rabu, 1 April 2009.

- Khitanan massal, pada Kamis, 2 April 2009, bertempat di Gedung DPRD Kabupaten Cirebon.

- Dzikir dan Tabligh Akbar, pada Kamis, 2 April 2009, bertempat di Masjid Agung Sumber.

- Prosesi Penjemputan, pada Kamis, 2 April 2009.

- Rapat Paripurna Istimewa DPRD, pada Kamis, 2 April 2009.

- Malam Resepsi, pada Kamis, 2 April 2009, bertempat di Hotel Apita Cirebon.

Selasa, 17 Maret 2009

UNDANGAN RAPAT

Nomor : 001/Panpel-semnas/kmoc/III.2009
Perihal : Undangan

Yth. Mahasiswa & Alumni FPOK UPI
Asal Kota dan Kabupaten Cirebon
di
Tempat.


Dengan hormat,

Menindaklanjuti Rapat Pembentukan Panitia "Seminar Nasional" Pendidikan Jasmani yang akan dilaksanakan di Cirebon, maka kami selaku Panitia Pelaksana kegiatan tersebut, mengundang seluruh Rekan-rekan Mahasiswa (Anggota Biasa) dan Alumni (Anggota Luar Biasa) untuk hadir dalam rapat ke-2 Panitia Seminar Pendidikan Jasmani yang akan dilaksanakan pada :

Hari : Minggu
Tanggal : 5 April 2009
Waktu : Pukul 09.00 s.d Selesai
Tempat : Kediaman Ibu Yusniah.,SPd
(Kompleks YON ARHANUDSE Pilang - Cirebon)

Mengingat pentingnya acara tersebut, kami berharap kepada seluruh rekan-rekan untuk hadir tepat pada waktunya.


Bandung, 14 Maret 2009
Ketua Pelaksana,
ttd.


HARIS KURNIAWAN